Minggu, 16 Januari 2011

Puisi: Keluarga Ber(b)encana



Ayah, ibu dan dua orang anak
saling bertaut tangan melangkah tuju senja berarak
sang ayah tahankan luka di kepala tuk kesekian kalinya
sang ibu tadahkan sendu lingkari lusuh raut parasnya
sedang anakanak mereka baru saja belajar tentang dunia

Sang anak lakilaki bertanya pada ayahnya,
kenapa halaman bermainnya dipenuhi ceceran darah?
sang ayah tak bisa menjawabnya

Sang anak perempuan bertanya pada ibunya,
mengapa di ruang belajarnya kini banyak mayat bergelimpangan?
sang ibu tak mampu berkata apa

Sang ayah cuma titipkan pesan pada anakanaknya,
jika mereka kelak beranjak dewasa,
biasakanlah untuk menerima luka menganga di kepala
dan selalu iklaslah menadah sendu di raut wajah,
karena inilah dunia yang sesungguhnya…

……………..


Mereka tetap berjalan pelan tak pernah bertujuan

hanya ingin menjauh dan tak mendengar lagi,
raungan raksasa baja yang masih saja mengamuk murka,
dari kerumunan iblis berseragam yang mengusir mereka dengan begitu kejam






Tidak ada komentar:

Posting Komentar